Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Resep Pembaca

Hujan di Jakarta mengandung mikroplastik, BRIN ingatkan polusi langit

BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-04 08:43:59【Resep Pembaca】455 orang sudah membaca

PerkenalanPedagang jas hujan saat menawarkan dagangannya di tepi jalan ketika turun hujan di Jakarta, Rabu (17

Hujan di Jakarta mengandung mikroplastik, BRIN ingatkan polusi langit
Pedagang jas hujan saat menawarkan dagangannya di tepi jalan ketika turun hujan di Jakarta, Rabu (17/9/2025). ANTARA/Khaerul Izan
...Siklus plastik ngak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan

Jakarta (ANTARA) - Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan.

Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova melalui keterangan di Jakarta, Kamis menjelaskan penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di ibu kota, yang terbentuk dari degradasi limbah plastik melayang di udara akibat aktivitas manusia.

"Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka," kata Reza.

Ia memaparkan mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan.

Baca juga: BMKG prakirakan seluruh Jakarta diguyur hujan Jumat Sore

Rata-rata, lanjut dia, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

Menurut Reza, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan, yang dikenal dengan istilahatmospheric microplastic deposition.

"Siklus plastik ngak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan," ujarnya.

Reza menilai temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu biasa, sehingga dapat terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan.

"Yang beracun bukan air hujannya, tapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain," lanjut dia menegaskan.

Meski penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan, studi global menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat menimbulkan dampak kesehatan serius, seperti stres oksidatif, gangguan hormon, hingga kerusakan jaringan.

Baca juga: Jakut tangani 6.007 pohon rawan tumbang sepanjang 2025

Dari sisi lingkungan, air hujan yang mengandung mikroplastik berpotensi mencemari sumber air permukaan dan laut, yang akhirnya masuk ke rantai makanan.

Untuk mengatasi persoalan ini, Reza menyangakan BRIN mendorong langkah konkret lintas sektor. Pertama, memperkuat riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan secara rutin di kota-kota besar, memperbaiki pengelolaan limbah plastik di hulu, termasuk pengurangan plastik sekali pakai dan peningkatan fasilitas daur ulang, serta mendorong industri tekstil agar menerapkan sistem filtrasi pada mesin cuci guna menahan pelepasan serat sintetis.

Reza juga mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik, memilah sampah, dan ngak membakar limbah sembarangan.

"Langit Jakarta sebenarnya sedang memantulkan perilaku manusia di bawahnya. Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang kita biarkan mengepul, sampah yang kita bakar karena malas memilah semuanya kembali pada kita dalam bentuk yang lebih halus, lebih senyap, tapi jauh lebih berbahaya." tutur Muhammad Reza Cordova.

Suka(94)