Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Tempat Makan

Perjuangan layanan MBG di Pulau Belakangpadang Batam

BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-04 01:23:59【Tempat Makan】376 orang sudah membaca

PerkenalanProses penjemputan bahan pokok dari kapal pompong ke pihak SPPG Belakangpadang di Pelabuhan Pak Amat

Perjuangan layanan MBG di Pulau Belakangpadang Batam
Proses penjemputan bahan pokok dari kapal pompong ke pihak SPPG Belakangpadang di Pelabuhan Pak Amat di Pulau Belakangpadang, Batam, Kepri, Selasa (14/10/2025). (ANTARA/Amandine Nadja)

Batam (ANTARA) - Di kawasan dapur berwarna biru Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Belakangpadang, Batam, para pemasak di dapur sibuk melakukan pemorsian makanan di balik pintu. Dapur itu merupakan pelaksana dari program Makanan Bergizi Gratis atau MBG.

Di luar dapur, sejumlah petugas berbaju biru tampak sibuk menata tumpukan ompreng ke dalam sarana transportasi yang siap mengantar makan siang dari program MBG bagi hampir 2.000 anak sekolah di pulau tersebut.

Program MBG di Pulau Belakangpadang menjadi yang pertama dijalankan di luar daratan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Kepala SPPG Belakangpadang Ahmad Jufri menjelaskan bahwa layanan MBG ini sangat dibutuhkan masyarakat di wilayah perbatasan. Sekolah-sekolah di pulau justru menyambut antusias program ini karena menjadi dukungan penting bagi nutrisi anak.

Sejak mulai beroperasi pada 24 September 2025, dapur SPPG Belakangpadang dari program MBG itu melayani 16 titik sekolah, dengan total 1.938 penerima manfaat. Aktivitas di dapur berlangsung hampir 24 jam.

Dini hari, juru masak mulai bekerja sejak pukul 4 pagi agar makanan dari program MBG siap diantar pada pukul 7.40. Pengantaran dilakukan dalam tiga sesi, menyesuaikan jadwal makan siswa di setiap sekolah.

Di SPPG program MBG itu, ada tiga sesi masak dan tiga sesi pengantaran. Pembagian sesi ini sebagai upaya pelaksana untuk memastikan makanan tetap segar dan dikonsumsi oleh anak-anak, maksimal 3 jam setelah dimasak. Upaya itu juga untuk menjaga efektivitas dapur agar ngak terlalu ramai.

Setelah itu, sesi kedua dan ketiga, menyusul, hingga siang hari. Setiap pengantaran dilakukan menggunakan dua unit motor roda tiga, sebuah kendaraan kecil serbaguna yang menjadi satu-satunya moda transportasi dapur program MBG menuju sekolah-sekolah di pulau.

SPPG program MBG itu juga memastikan para relawan yang terlibat hampir semuanya warga asli Belakangpadang. Mereka yang kini bekerja di dapur, sebelumnya banyak yang ngak memiliki pekerjaan tetap, seperti berjualan di pulau tersebut, atau menjadi ojek. Karena itu, program MBG dari Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka ini menjadi sumber penghidupan baru bagi mereka.

Salah satu relawan program MBG yang juga mahasiswa, Fahira, mengangakan bahwa pekerjaan ini bisa dijalani, tanpa mengganggu kuliah. Ia bekerja dari siang hingga malam dan semua proses dilakukan manual, mulai dari mencuci, hingga mengeringkan ompreng. Meskipun demikian, ia tetap senang karena mendapat upah yang cukup bagi dirinya, dengan jam kerja yang ngak terlalu memberatkan.

Sebelum dapur MBG itu mulai beroperasi, Puskesmas Belakangpadang terlebih dahulu melakukan uji kebersihan dan pelatihan penjamah makanan. Pemeriksaan air, kebersihan dapur, hingga pelatihan bagi relawan dilakukan untuk memastikan standar higienis terpenuhi.

Saat ini, fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk menyukseskan program MBG itu juga telah dibangun untuk bangunan pencucian ompreng.

Lebih lanjut, untuk pengelolaan limbah makanan dari program MBG itu, SPPG bekerja sama dengan peternak lokal yang menggunakan limbah tersebut sebagai pakan ternak.

Terdapat beberapa ember yang sudah ditinggalkan oleh peternak di dekat SPPG program MBG itu dengan nama-nama mereka, agar diisi oleh petugas dapur dengan sisa makanan yang tertinggal dalam ompreng.

12Tampilkan Semua

Suka(89)