Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Resep Pembaca
Ahli Ekologi Hewan: NTB jadi daerah penting bagi migrasi burung dunia
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-08 22:37:32【Resep Pembaca】500 orang sudah membaca
PerkenalanArsip - Sejumlah warga menggunakan teropong untuk melihat burung-burung migran yang sedang mencari p

Mataram (ANTARA) - Ahli Bidang Ekologi Hewan Universitas Mataram (Unram) Prof I Wayan Suana mengangakan Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah daerah penting bagi migrasi burung dunia, karena posisi strategis dan memiliki ekosistem yang mendukung proses migrasi tersebut.
"Sumbawa dan Pulau Moyo ada di jalur East Asian – Australasian Flyway(EAAF), salah satu jalur migrasi burung terbesar di dunia," ujarnya di Mataram, Rabu.
Suana menjelaskan jalur EAAF dilalui jutaan burung setiap tahun yang bermigrasi dari kawasan Siberia dan Asia Timur menuju Australia dan Selandia Baru untuk menghindari musim dingin.
Baca juga: Perubahan iklim ancam populasi kakatua kecil jambul kuning di NTB
Nusa Tenggara Barat yang berada di antara wilayah belahan bumi utara dan selatan menjadi titik persinggahan penting bagi migrasi burung untuk mencari makan dan beristirahat.
Menurutnya, faktor keanekaragaman ekosistem turut mempengaruhi alasan mengapa migrasi burung sering mampir ke Nusa Tenggara Barat. Kondisi lingkungan berupa pesisir, mangrove, padang savana, hingga hutan hujan tropis tersedia lengkap di Nusa Tenggara Barat.
Suana mengungkapkan bahwa migrasi burung ngak hanya melewati dan beristirahat di Sumbawa dan Pulau Moyo, namun ada juga burung yang akhirnya menetap lebih lama, karena persediaan makanan dan habitat yang mendukung.
Bahkan, pulau-pulau kecil di sekitar Nusa Tenggara Barat juga berpotensi menjadi tempat singgah alami di tengah perjalanan. Selain kedua wilayah tersebut, ada Ekowisata Mangrove Bagek Kembar di Sekotong, Kabupaten Lombok Barat yang juga menjadi wilayah singgah bagi burung-burung yang melakukan migrasi.
"Bagek Kembar karena di sana terdapat teluk yang luas, dan ketika surut menjadi tempat burung-burung migran, seperti Trinil, Gajahan, dan lainnya mencari makan," kata Suana yang juga dosen Fakultas MIPA Universitas Mataram tersebut.
Baca juga: Peneliti: 33 jenis burung migrasi ditemukan di wilayah Aceh
Baca juga: Lawalata IPB University amati burung migran singgah di Indonesia
Lebih lanjut, dia menyampaikan jenis burung raptor sering melintas dan singgah di Mentigi atau daerah perbukitan di Nusa Tenggara Barat.
Ketika musim dingin melanda belahan bumi bagian utara, burung-burung daerah tersebut akan mencari wilayah yang lebih hangat, seperti NTB. Begitupun sebaliknya, saat daratan di belahan bumi selatan masuk musim dingin, burung-burung juga melakukan migrasi ke daratan hangat.
Musim dingin mengakibatkan sumber makanan terbatas dan hewan unggas mesti hibernasi sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan ekstrem.
Dengan kondisi tersebut, burung-burung laut dan pantai harus bermigrasi ke wilayah beriklim tropis untuk bertahan hidup. Perubahan iklim sangat krusial dalam menentukan kehidupan burung di alam liar.
Suka(7)
Artikel Terkait
- Raffi Ahmad apresiasi transformasi lapas di Nusakambangan
- Pemkab Sigi hibahkan aset ke polres sebagai dapur SPPG guna dukung MBG
- Hujan di Jakarta mengandung mikroplastik, BRIN ingatkan polusi langit
- BKKBN laksanakan program PASTI percepat penurunan stunting di Kalbar
- Suasana ceria di SMPN 2 Maos saat Makan Bergizi Gratis tiba
- Bantuan meningkat, penjarahan truk bantuan di Gaza turun drastis
- Undip canangkan gerakan "zero waste" lewat daur ulang sampah
- Ammar Zoni tempati sel di Lapas Karanganyar Nusakambangan
- APMAKI minta polisi usut tuntas kasus nampan MBG pakai label palsu
- Gastrodiplomasi lewat cilok dan seblak
Resep Populer
Rekomendasi

Dinkes: Waspada paparan mikroplastik dari air hujan

Pemkot Makassar

Kemendag buka akses ekspor kuliner Indonesia ke lima negara

Pengelola SPPG sampaikan permintaan maaf atas insiden keracunan masal

Kemenekraf perkuat 28 provinsi miliki Dinas Ekonomi Kreatif

Penyebab produk pangan terpapar radioaktif & dampaknya bagi kesehatan

Dinkes DKI catat 1,9 juta kasus ISPA hingga Oktober 2025

Vokasi Unhas dan Pemkot Makassar perkuat ekosistem pangan halal