Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Tempat Makan

Kunjungi industri farmasi, WHO dorong kolaborasi penguatan fitofarmaka

BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-04 08:44:46【Tempat Makan】265 orang sudah membaca

PerkenalanProses pembuatan fitofarmaka di Pusat Inovasi dan Riset Obat Bahan Alam Dexa Laboratories of Biomole

Kunjungi industri farmasi, WHO dorong kolaborasi penguatan fitofarmaka
Proses pembuatan fitofarmaka di Pusat Inovasi dan Riset Obat Bahan Alam Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (16/10/2025) (ANTARA/Muzdaffar Fauzan)

Jakarta (ANTARA) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan kunjungan ke fasilitas manufaktur farmasi di Indonesia, dan mendorong kolaborasi antara industri, pemerintah dan lembaga internasional dalam pengembangan obat berbahan herbal (fitofarmaka) di Tanah Air.

Kunjungan Delegasi WHO itu dilakukan ke fasilitas Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS), Bekasi, Jawa Barat, Kamis, dengan tujuan untuk meninjau langsung penerapan riset farmasi berbasis biodiversitas Indonesia untuk pengembangan Obat Modern Alami Integratif (OMAI).

“Ini adalah sebuah inisiatif di mana regulator dan pelaku industri berkolaborasi. Kami berharap kolaborasi lintas sektor antara berbagai bidang dan pemerintah di negara-negara anggota dapat semakin ditingkatkan,” kata WHO-IRCH Secretariat Pradeep Dua.

Disampaikan dia, selama kunjungan, para delegasi meninjau fasilitas laboratorium bioteknologi, pusat ekstraksi bahan alam, serta area pengembangan OMAI. Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan mampu mendorong Indonesia menjadi pusat riset biodiversitas farmasi tropis yang diakui dunia.

Dalam kesempatan kunjungan tersebut, Pradeep Dua menekankan pentingnya pengembangan fitofarmaka yang memenuhi standar global. WHO menilai pengembangan obat berbasis biodiversitas yang dilakukan industri farmasi Indonesia sejalan dengan strategi WHO dalam pengembangan obat bahan alam yang komplementer dan integratif.

Lebih lanjut, Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Dian Putri Anggraweni menyampaikan bahwa inovasi yang dilakukan perusahaan menjadi contoh pengembangan obat bahan alam Indonesia menjadi produk berkelas global.

Hal ini yang sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam memperkuat ekosistem riset obat bahan alam dan fitofarmaka nasional.

Director of Business Development and Scientific Affairs PT Dexa Medica Raymond Tjandrawinata menyangakan pihaknya mengintegrasikan teknologi 4.0 dalam setiap tahapan riset dan pengembangan produk, mulai dari penemuan bahan aktif berbasis Tandem Chemistry Bioassay System (T-CEBS) hingga pemantauan kualitas dari produk setelah diproduksi.

Adapun Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyangakan penggunaan fitofarmaka berpotensi membuat layanan kesehatan di Tanah Air menjadi lebih terjangkau sekaligus aman.

"Penggunaan fitofarmaka membuka peluang bagi layanan kesehatan yang lebih terjangkau dan aman, sekaligus mendukung industri herbal dalam negeri yang berkelanjutan,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita di Jakarta, Jumat (4/10).

Dirinya mengangakan guna mewujudkan hal tersebut, pihaknya mendorong pemanfaatan obat berbahan alam yang telah teruji secara klinis di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di seluruh Indonesia, serta menargetkan peningkatan penggunaan fitofarmaka dalam layanan kesehatan nasional.

Kemenperin mencatat, saat ini terdapat beberapa komponen perusahaan industri obat bahan alam di Indonesia, seperti Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA).

Baca juga: Industri farmasi sebut fitofarmaka masuk JKN bisa subtitusi impor

Baca juga: BPOM intensif kembangkan fitofarmaka demi tekan impor bahan baku obat

Baca juga: BPOM upayakan inovasi jamu jadi fitofarmaka guna lengkapi layanan RS

Suka(7235)