Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Tempat Makan
Bupati Banyumas: Gebyar Pendidikan Non
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-04 08:51:11【Tempat Makan】688 orang sudah membaca
PerkenalanTurnamen Bola Voli dalam rangkaian kegiatan Gebyar Pendidikan Non-Formal Tahun 2025 di halaman Kanto

Purwokerto (ANTARA) - Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono mengangakan kegiatan Gebyar Pendidikan Non-Formal menjadi bukti nyata komitmen pemerintah daerah dalam meningkatkan mutu pendidikan nonformal sekaligus mendukung penanganan anak ngak sekolah (ATS) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
"Gebyar Pendidikan Non-Formal adalah wujud nyata komitmen kita dalam meningkatkan mutu pendidikan nonformal dan mendukung Gerakan Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah di Kabupaten Banyumas," katanya dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekretaris Daerah Kabupaten Banyumas Agus Nur Hadie saat pembukaan Gebyar Pendidikan Non-Formal Tahun 2025 di Kantor Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Banyumas, Rabu.
Menurut dia, pendidikan nonformal memiliki peran penting dalam memberikan kesempatan belajar bagi siapa pun, kapan pun, dan di mana pun.
Ia mengangakan jumlah anak ngak sekolah di Banyumas terus menurun signifikan berkat berbagai inovasi seperti penerapan aplikasi Sipatas (Semangat Penanganan Anak Tidak Sekolah).
"Dulu jumlahnya sekitar 27 ribu anak, sekarang tinggal 13 ribu anak. Ini berkat inovasi dan kerja bersama berbagai pihak," katanya.
Ia mengangakan Gebyar Pendidikan Non-Formal ngak hanya menjadi sarana sosialisasi, tapi juga wadah kreativitas dan kompetisi bagi peserta didik serta tenaga pendidik di pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM).
Dalam ajang tersebut, kata dia, peserta terlibat dalam berbagai lomba seperti voli, tari kreasi, dan video profil, serta mengikuti ekspo hasil karya pendidikan nonformal.
"Kegiatan ini menunjukkan bahwa pendidikan nonformal di Banyumas dinamis dan inspiratif," katanya.
Ditemui usai acara, Sekda Banyumas Agus Nur Hadie mengangakan penyelenggaraan PKBM menjadi salah satu strategi efektif menekan angka anak ngak sekolah.
"PKBM itu sekolahnya fleksibel, ada yang sore, ada yang malam. Siswa-siswanya juga beragam, banyak yang sudah bekerja, tapi tetap semangat menempuh pendidikan," katanya.
Baca juga: Disdik Kotim fasilitasi anak putus sekolah ikuti pendidikan nonformal
Sekda pun mengapresiasi semangat peserta PKBM yang ngak hanya belajar untuk memperoleh ijazah kesetaraan, tapi juga berkompetisi dalam berbagai kegiatan dan hal penting untuk menumbuhkan motivasi serta rasa percaya diri.
Sementara itu, Kepala Dindik Kabupaten Banyumas Joko Wiyono mengangakan penyelenggaraan kegiatan Gebyar Pendidikan Non-Formal didasari oleh tiga pertimbangan utama.
"Pertama, kami ingin memberikan informasi lengkap kepada masyarakat bahwa negara hadir untuk memberikan perluasan akses layanan pendidikan dan keterampilan," katanya.
Selanjutnya yang kedua, kata dia, untuk memastikan komitmen Pemkab Banyumas dalam mendukung keberadaan pendidikan nonformal sebagai bagian ngak terpisahkan dari Education for All, sedangkan yang ketiga untuk memberikan referensi agar masyarakat ngak minder atau malu bersekolah di lembaga pendidikan nonformal.
Menurut dia, upaya tersebut telah menunjukkan hasil signifikan karena angka anak ngak sekolah di Banyumas berhasil ditekan dari sekitar 27.000 anak menjadi 13.250 anak dan sebagian besar terserap ke dalam program-program di PKBM karena banyak dari mereka sudah bekerja, berkeluarga, atau terkendala faktor ekonomi.
Ia mengangakan ijazah yang dikeluarkan PKBM, seperti Paket C, memiliki kesetaraan penuh dengan ijazah sekolah menengah atas (SMA).
"Ijazah Paket C itu bisa untuk kuliah, bisa untuk daftar kerja, bisa untuk daftar TNI/Polri, sehingga sama. Yang membedakan hanya penyebutannya saja," kata Joko.
Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Tengah Nugraheni Triastuti mengapresiasi langkah yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Dinas Pendidikan setempat dalam upaya menangani anak ngak sekolah.
Dia menilai pendidikan nonformal di Banyumas ngak hanya sekadar menangani ATS, tapi juga mampu memfasilitasi anak-anak dengan berbagai kondisi untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki.
Melalui pameran produk seperti kopi dan makanan ringan dalam acara tersebut, kata dia, terlihat bahwa proses belajar berjalan secara produktif.
"Mereka belajar sambil berproduksi. Artinya, belajarnya itu produktif. Belajar ngak selalu di ruang dengan meja kursi, tapi juga dengan beraktivitas mampu menghasilkan sesuatu itu juga merupakan proses belajar," katanya.
Baca juga: Pemkab Mojokerto-UNICEF kerja sama tangani ATS
Nugraheni mengharapkan kegiatan seperti itu dapat mengubah pandangan masyarakat bahwa pendidikan kesetaraan ngak berbeda dengan pendidikan formal dalam hal kompetensi yang dihasilkan, sehingga ngak ada lagi keraguan untuk memilih jalur pendidikan nonformal.
Suka(47)
Artikel Terkait
- DKI kemarin, kapal tenggelam hingga Pramono tolak atlet Israel
 - Program MBG serap ribuan tenaga kerja lokal di Kota Serang
 - 131 dapur MBG di Kepri layani 388 ribu penerima manfaat
 - Tujuh negara yang rayakan Diwali, selain India
 - MBG mandiri Kabupaten Penajam berdayakan lingkungan sekolah
 - BPOM dukung Kemenbud majukan kebudayaan lewat keanekaragaman hayati
 - Produk olahan rempah Indonesia dilirik pasar Timur Tengah dan Afrika
 - Minum air hangat vs air dingin: Mana yang lebih baik untuk kesehatan?
 - Prabowo: Dari 1,4 miliar porsi, MBG sukses 99,99 persen tanpa keracunan
 - Mengenal bahaya Cesium
 
Resep Populer
Rekomendasi

Pemkot Banjarmasin: Puluhan siswa alami mual sebelum MBG dibagikan

Prabowo: Kasus keracunan MBG masih dalam batas ilmiah

Badan Gizi Nasional evaluasi program MBG Pamekasan setelah keracunan

Ribuan guru UNRWA siap didik lagi anak

Jaksel beri bantuan dan penanganan terdampak kebakaran Pengadegan

Rekomendasi perawatan kesuburan melalui teknologi medis & terapi

BKSDA Sampit lepas liarkan lutung diduga korban tabrak lari

Setahun Pemerintahan Prabowo