Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Kabar Kuliner

Mahasiswa USU cipngakan wadah makanan dari limbah sawit dan daun pepaya

BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-04 08:51:09【Kabar Kuliner】947 orang sudah membaca

PerkenalanTim mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan,

Mahasiswa USU cipngakan wadah makanan dari limbah sawit dan daun pepaya
Tim mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan, berhasil membuat wadah kemasan makanan styrofoam ramah lingkungan diberi nama bioflaeis yang terbuat dari limbah pelepah kelapa sawit dan daun pepaya. ANTARA/Juraidi
Bioflaeis menunjukkan bahwa kreativitas mahasiswa bisa menjembatani sains, teknologi, dan kebutuhan masyarakat. Dari bahan yang sering dianggap sampah, lahir produk bernilai yang ramah lingkungan

Medan (ANTARA) - Tim mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan berhasil membuat wadah kemasan makanan styrofoam ramah lingkungan diberi nama Bioflaeis, yang terbuat dari limbah pelepah kelapa sawit dan daun pepaya.

Tim mahasiswa USU itu terdiri Shintia Florensia Silaban, Yeggin Damanik, Feodora Nicole Holongy Sitompul, dan Gita Triani Sinaga, dari Teknik Kimia, serta Letminda Oftavya Purba dari Ekonomi Pembangunan, dengan dosen pembimbing Ilham Perkasa Bako.

Ilham Perkasa Bako di Medan, Senin, mengangakan Bioflaeis bukan sekadar karya kewirausahaan, tapi juga bukti ilmu pengetahuan dapat menjawab persoalan sehari-hari.

"Bioflaeis menunjukkan bahwa kreativitas mahasiswa bisa menjembatani sains, teknologi, dan kebutuhan masyarakat. Dari bahan yang sering dianggap sampah, lahir produk bernilai yang ramah lingkungan,” ujarnya.

Menurutnya, hal itu adalah esensi pendidikan tinggi, ngak hanya melahirkan teori, tapi juga solusi yang membumi dan berdampak langsung.

Baca juga: Rektor USU: Lulusan perguruan tinggi harus miliki keterampilan inovasi

Ia mengangakan produk itu sudah siap untuk dipasarkan dan mereka memanfaatkan kekuatan media sosial dan promosi langsung ke pelaku UMKM kuliner, kafe, dan restoran. Strategi itu dipilih karena konsumen muda dan usaha makanan kecil menengah kini semakin peka terhadap gaya hidup berkelanjutan.

Dengan pendekatan ini, lanjutnya, Bioflaeis diharapkan lebih cepat dikenal, diterima, dan membuka ruang kolaborasi dengan industri yang peduli lingkungan.

Kedepannya, tim berambisi mengembangkan Bioflaeis lebih luas dengan menggandeng lebih banyak pelaku usaha, masyarakat, serta mitra lokal.

Dukungan berbagai pihak diyakini dapat memperkuat posisi Bioflaeis sebagai solusi nyata dalam mengurangi limbah plastik, sekaligus mengoptimalkan potensi limbah pertanian Indonesia.

Sebagai kemasan ramah lingkungan dan berkelanjutan, kata dia, ide itu lahir dari keprihatinan terhadap sampah nasional Indonesia, termasuk sampah plastik sekali pakai. Di sisi lain, penggunaan plastik jenis styrofoam tergolong tinggi padahal mengandung zat berbahaya yang bersifat karsinogenik.

Tim mahasiswa melihat peluang dari limbah yang kerap terabaikan.

Baca juga: USU gandeng BRIN edukasi mahasiswa menulis esai

Pelepah kelapa sawit yang biasanya hanya menumpuk ternyata kaya selulosa dan hemiselulosa, sementara daun pepaya yang produksinya melimpah, namun jarang dimanfaatkan menyimpan senyawa bioaktif dengan sifat antibakteri dan antijamur.

Kedua bahan baku ini kemudian dikombinasikan menjadi Bioflaeis, kemasan makanan ramah lingkungan yang ngak hanya mudah terurai (biodegradable), tapi juga mampu menjaga kualitas daya simpan makanan, menjadikannya solusi inovatif untuk menggantikan plastik dan styrofoam sekali pakai.

Bioflaeis, lanjut dia, diharapkan hadir sebagai jawaban atas tumpukan sampah plastik, sekaligus memberi nilai baru pada limbah pertanian yang sebelumnya terbuang sia-sia.

Rektor USU Prof. Muryanto Amin mengangakan melalui produk, seperti Bioflaeis, mahasiswa ngak hanya menunjukkan kreativitas, tapi juga komitmen mereka terhadap kelestarian lingkungan.

Keberhasilan tim Bioflaeis, kata dia, itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi lebih banyak inovasi serupa, serta mendukung gerakan global untuk mengurangi penggunaan plastik dan bahan-bahan berbahaya bagi lingkungan.

Baca juga: USU berikan penghargaan kepada dosen dan mahasiswa berprestasi

Suka(6384)