Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Resep Pembaca
Menelaah tren "doom spending" Gen Z sebagai motor penggerak ekonomi
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-04 09:43:10【Resep Pembaca】564 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Belanja kebutuhan hewan peliharaan secara daring. ANTARA/HO-Pet123 Indonesia.fenomena do

fenomena doom spending menuntut adanya kebijakan publik yang proaktif, baik melalui regulasi industri keuangan maupun program literasi yang terarah, agar manfaat konsumsi tetap terjaga tanpa harus mengorbankan stabilitas keuangan generasi mendatang
Jakarta (ANTARA) - Di saat banyak pengamat ekonomi meramalkan kelesuan konsumsi ketika kengakpastian global meningkat, muncul paradoks baru: generasi muda atau Gen Z yang menunjukkan kecenderungan menghabiskan uang lebih, sebuah fenomena yang populer disebut doom spending.
Istilah ini memotret perilaku konsumtif yang lahir dari rasa ngak menentu terhadap masa depan; alih-alih menabung banyak untuk jaminan kelak, sebagian orang memilih "menikmati hari ini" sebagai bentuk pelampiasan, penghiburan, atau pernyataan identitas.
Fenomena itu ngak hanya soal psikologi individu. Dalam skala makro, dorongan pengeluaran ini memberi napas baru pada rantai nilai ekonomi yang menyuntikkan permintaan ke sektor riil, digital, dan kreatif yang sedang tumbuh.
Doom spending adalah perilaku konsumsi berlebihan atau impulsif ketika individu merasa masa depan suram atau penuh kengakpastian. Ini berbeda dari konsumsi normal karena motifnya lebih kuat terkait pelarian emosional, copingterhadap stres, atau mencari kepuasan instan di tengah kecemasan kolektif.
Gen Z sebagai generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an adalah generasi yang paling sering dikaitkan dengan pola ini karena kombinasi beberapa faktor: keterpaparan informasi (seringkali negatif) lewat media sosial; kengakpastian pekerjaan dan karier di era disrupsi; beban biaya hidup di kota besar; serta budaya digital yang memfasilitasi belanja cepat.
Penjelasan ini didukung oleh kajian McKinsey internasional yang menemukan Gen Z lebih rentan melakukan doom spending dibanding kelompok usia yang lebih tua.
Namun demikian, banyak juga Gen Z yang menerapkan strategi finansial kreatif yaitu sebagian mempraktikkan “loud budgeting”, “soft savings”, atau menabung lewat investasi kecil sehingga akhirnya tren doom spending yang terjadi muncul berdampingan dengan literasi baru.
Untuk itu diperlukan penguatan literasi yang memadai mengenai instrumen dan pilihan agar menikmati hari ini tanpa mengorbankan masa depan. Dengan demikian, Gen Z bukan hanya konsumen impulsif yang menambah angka penjualan, tapi mereka bisa menjadi agen perubahan ekonomi yang mendorong inovasi, memperkaya budaya usaha lokal, dan membantu bangsa melewati kengakpastian dengan daya tahan yang lebih baik.
Baca juga: Siasat mengatasi "doom spending" menurut psikolog
1234Tampilkan SemuaSuka(256)
Artikel Terkait
- PBB Siap tingkatkan bantuan bagi warga Gaza usai gencatan senjata
 - Mendagri minta pemda kendalikan harga pangan penyumbang inflasi
 - SPPG HST Kalsel terapkan lima langkah cegah keracunan MBG
 - Forum Pangan Dunia 2025 dibuka di Roma, rayakan 80 tahun FAO
 - BPOM intensif kembangkan fitofarmaka demi tekan impor bahan baku obat
 - Ahli gizi imbau kantin sekolah siapkan makanan saling melengkapi MBG
 - Pemerintah tegaskan AS ngak larang impor udang dan cengkeh asal RI
 - PBB: Dana kemanusiaan global 2025 baru terpenuhi 21 persen
 - Pemkot Kediri evaluasi perbedaan data penerima MBG
 - Bupati Banyumas: Gebyar Pendidikan Non
 
Resep Populer
Rekomendasi

Pegiat soroti lemahnya aturan iklan kental manis ancam kesehatan anak

Pemerintah sebut produk cengkih terpapar Cs

Wagub: Sudah terbangun 2.600 SPPG di Jabar, capai 55 persen target

BPOM intensif kembangkan fitofarmaka demi tekan impor bahan baku obat

Presiden instruksikan SPPG siapkan dua jenis lauk setiap hari

Imperial Group gaet JAPFA hadirkan tiga menu unik bagi pecinta kuliner

Dapur SPPG MBG Polres Blora layani 2.515 penerima manfaat

Akademisi nilai kurikulum Sekolah Rakyat mampu entaskan kemiskinan