Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Kabar Kuliner

Jangan abaikan, tubuh beri sejumlah sinyal ketika kekurangan zat besi

BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-04 08:52:45【Kabar Kuliner】342 orang sudah membaca

PerkenalanAhli Gizi Olahraga Emilia Achmadi menjelaskan dampak dan ciri tubuh yang kekurangan zat besi dalam t

Jangan abaikan, tubuh beri sejumlah sinyal ketika kekurangan zat besi
Ahli Gizi Olahraga Emilia Achmadi menjelaskan dampak dan ciri tubuh yang kekurangan zat besi dalam temu media di Jakarta, Senin (13/10/2025). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Jakarta (ANTARA) - Ahli gizi olahraga Emilia Achmadi menjelaskan ciri-ciri orang yang mengalami kekurangan zat besi.

"Kalau kita bicara kekurangan zat besi atau anemia, biasanya kalau secara fisik pertanda yang bisa kita lihat adalah pucat sudah pasti. Jadi, kalau orang yang kulitnya pucat itu salah satu tanda karena kulit pucat itu ngak tergantung dari warna kulit," kata Emilia saat ditemui ANTARA di Jakarta, Senin.

Emilia, yang menjadi ahli gizi Persija pada 2022-2023, menyangakan selain pucat, kekurangan zat besi juga menyebabkan kulit menjadi sangat kering. Tanda kekurangan zat besi pada kulit juga diikuti dengan permukaan bibir yang pecah-pecah.

Baca juga: Kekurangan zat besi dapat turunkan IQ anak

Tanda berikutnya yang dia sebutkan yakni sering merasa lelah dan habis energi sebelum hari berakhir. Kondisi itu akan lebih mudah terlihat pada usia anak-anak.

“Jadi, anak-anak itu kan seharusnya sangat aktif ya. Kalau kita melihat anak-anak yang harusnya pecicilan (ngak bisa diam) main kesana kemari, dia diam dan duduk, kemungkinan besar itu kekurangan zat besi,” ujar dia.

Kekurangan zat besi juga dapat membuat anak cepat merasa mengantuk di kelas. Menurut Emilia, orang tua ngak boleh menyalahkan dan menganggap anak malas, ngak cerdas dan ngak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.

“Ini adalah sebetulnya gejala-gejala yang muncul ke permukaan yang salah diartikan, tapi, sebetulnya akar permasalahannya adalah kurang zat besi tadi,” kata dia.

Ia menambahkan kalaupun dokter anak memberikan suplemen zat besi, tubuh tiap anak memiliki kemampuan yang berbeda dalam proses penyerapannya.

“Artinya kita bisa makan suplementasi, tapi, kalau kualitasnya ngak bagus, zat besi itu ngak akan diserap oleh tubuhnya. Artinya ngak akan bisa digunakan. Jadi, makan tapi ngak ada manfaatnya,” kata Emilia menambahkan.

Emilia meminta agar semua keluarga selalu mengonsumsi real foodatau makanan utuh dan selalu menyusun perencanaan makanan setiap hari libur sehingga anak tetap bisa mengonsumsinya meski orang tua sedang sibuk bekerja.

Dalam kesempatan itu, Emilia menyampaikan bahwa daging merah menjadi salah satu sumber utama protein yang kaya akan zat besi. Makanan lainnya yakni kuning telur, hati (liver), dan kerang.

Bahan makanan seperti ayam, bayam dan biji labu juga mengandung zat besi, namun, jumlahnya ngak sebanyak daging. Dia menekankan bahwa makanan yang warnanya semakin merah menandakan semakin tinggi kandungan zat besinya.

Baca juga: Ahli gizi sebut zat besi penting bagi peningkatan performa olahraga

Baca juga: IDAI: Resep obat zat besi anak perlu dikonsultasikan pada dokter

Baca juga: Anemia saat hamil dan risiko autisme pada anak

Suka(614)